Rabu, 09 November 2011

visi,misi,motto


VISI

Menjadikan lembaga pendidikan dasar
yang berkualitas dengan output SDM yang cerdas,
beretika dan berwawasan global.
MISI

Menyelenggarakan pendidikan dasar yang berkualitas
dengan mengoptimalisasikan sumber daya secara maksimal
melebihi standar nasional.

Melahirkan alumni SD yang bersikap jujur, amanah, terampil, tekun, cakap,
mandiri, sabar, gigih, serta tanggap terhadap lingkungan, daya saing yang tinggi
guna melanjutkan jenjang pendidikan lanjutan.

Membangun sikap mental civitas akademika yang unggul, responsive, tangguh
dan terpercaya dengan penguasaan materi, metode ajar yang baik serta mampu
membuka cakrawala siswa dengan pendekatan logis dan pemanfaatan sains
dan teknologi dasar.

MOTTO

Bangsa yang besar dimulai dari pendidikan dasar yang bermutu.

menanam pohon nasional





Murid-murid SD PLTU Suralaya Wukir Retawu kelas 5 dan 6 pada pagi hari tgl 28-11-2008 sekira pukul 09:00 s/d 10:00 mengikuti kegiatan menanam pohon dalam rangka "Peduli Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Pohon Nasional" bersama TK Condrodimuko, pegawai Indonesia Power UBP Suralaya, tokoh masyarakat, Pejabat lingkungan DPRD Cilegon dan Dinas Pertambangan.

imunisasi tetanus




SD PLTU Suralaya Wukir Retawu pada hari Jum'at tanggal 10 Januari 2009 kedatangan tim Puskesmas Merak sekira pukul 09:30 am. Ibu Irnawati bersama asistennya menyiapkan peralatan suntik untuk memberikan imunisasi tetanus kepada siswa dan siswi kelas 2 terdiri dari kelas A dan B. Bu Irna menjelaskan kepada anak-anak akan pentingnya imunisasi tetanus untuk memberikan kekebalan tubuh. Jika kita terluka akibat terkena paku, seng, dll. maka imunisasi dapat menghindari infeksi kuman dan bakteri akibat luka tsb.

Di bawah ini adalah artikel tentang penyakit tetanus dari Wiki Pedia Bahasa Indonesia.

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

Patogenesis dan Patofisiologi

Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme).

Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.

Pengobatan

Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut.

Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang. Untuk infeksi menengah sampai berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernafasan.

Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastrik. Untuk membuang kotoran, dipasang kateter. Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.

Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya bisa diberikan untuk mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah sembuh, harus diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi berikutnya.

Prognosis

Tetanus memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada penderita yang sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk.

Pencegahan

Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster

Pada seseorang yang memiliki luka, jika:

1. Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu
menjalani vaksinasi lebih lanjut
2. Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan
vaksinasi
3. Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.

Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani.

pelantikan pramuka penggalang ramu



Setiap setahun sekali SD PLTU Suralaya Wukir Retawu mengadakan kegiatan pelantikan pramuka penggalang Ramu. Kegiatan ini diselenggarakan oleh tim oubond Gobes (Games of Outbond for School)yang tidak lain adalah kakak-kakak pembina pramuka dan juga guru-guru SD Wukir Retawu itu sendiri. Beberapa acara kegiatannya adalah outbond dengan berbagai permainan tim seperti sangkutan tali, holahop, kapal karam, jaring laba-laba, goa gelap, stik goyang, menara air dll, outbond fisik dengan fasilitas yang disediakan di sekolah, diantaranya kawat berduri, ban gantung, ayunan tali, climbing, dll. Kegiatan Bintal (Bimbingan Mental) juga diselenggarakan di malam hari antara pukul 23:00 s/d 01:00, anak-anak berjalan seorang diri atau berdua mendaki bukit di belakang sekolah, tentunya dengan kakak-kakak pembina yang sudah stand by di pos jaga masing-masing. Pada tahun yang lalu juga diadakan acara 'nyemplung', di mana anak-anak secara bergiliran dan berkelompok di bawa ke tengah pantai kelapa tujuh dengan perahu karet dan pelampung yang sudah terpasang di badan. Mereka dilepas di tengah laut dan harus mampu berenang sampai ke tepi pantai. Tentunya dengan tim SAR yang sudah siap membantu jika ada masalah. Kegiatan ibadah sholat juga selalu diadakan secara berjama'ah, dilanjutkan dengan tausyiah. Kegiatan makan selalu bersama di dalam satu nampan untuk mendidik kebersamaan.

Kegiatan ini mendidik kemandirian, keberanian, ketangkasan, kerjasama tim, disiplin, kesabaran, daya juang, kecerdasan spiritual dan sikap-sikap positip lainnya yang perlu dibentuk sejak dini sebagai bekal mereka dalam menghadapi perjuangan hidup yang masih panjang setelah lulus sekolah dasar nanti.

lomba bercerita se Propinsi Banten


Selamat buat adik kita Trisnawati karena berhasil meraih juara ke-II lomba bercerita tingkat Propinsi Banten. Semoga menjadi pemacu prestasi bagi teman-teman yang lain. Amin... Berikut beritanya dari Radar Banten...radarbanten
Yuliana Maharani dari SMPN 3 Pandeglang dan Nirmala Radi Hasanah dari SDN 04 Rangkasbitung, Lebak, masing-masing meraih juara pertama Lomba Bercerita tingkat SLTP dan SD se Provinsi Banten yang digelar Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Banten di Hotel Mambruk, Anyer, Selasa-Kamis (12-14/5).

Selain memperoleh tropi, keduanya berhak atas hadiah uang pembinaan sebesar Rp 7,5 juta.
Adapun juara dua tingkat SLTP diraih oleh Elvin Khairunnisa dari MTs N Model Pandeglang, dan juara tiga M Ikhsan Maulana dari SMPN 1 Balaraja, Kabupaten Tangerang. Sedangkan untuk juara harapan masing-masing jatuh ke Kresna Aditya dari SMPN 6 Tangerang, Kota Tangerang, sebagai juara harapan I, Harapan II diraih Marcheall Said W dari SMPN 5 Kota Cilegon, dan harapan III direbut oleh Ratna Awaliya Tunisa dari SMPN 2 Rangkasbitung, Kaementara untuk juara II dan III tingkat SD diraih oleh siswa dari Kota Cilegon yang masing-masing dimenangkan oleh Trisnawati dari SDN Wukir Retawu, dan Bimar Pranata dari SDIT Raudhatul Jannah. Sedangkan untuk juara Harapan I berhasil direbut Arini dari SDN Ciputri Pandeglang, Harapan II oleh Nadila Anisa Salsabila dari SD Al-Azhar Kota Cilegon, dan yang terahir harapan III jatuh kepada Siti Nursaffanah Hasna dari SDN 2 Kota Serang.
Juara II dan III baik tingkat SD maupun SLTP selain memperoleh tropi masing-masing membawa pulang uang sebesar Rp 5 juta dan Rp 3 juta. Sedangkan untuk juara harapan, para pemenang memperoleh uang pembinaan sebesar Rp 1 juta untuk harapan I, Rp 750 ribu harapan II, dan Rp 500 ribu untuk Harapan III. Hadiah uang tunai untuk juara harapan ini diberikan secara khusus oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Serang.
Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Banten Sudiyati mengatakan, kegiatan lomba bercerita tahunan ini sengaja diselenggarakan dalam rangka meningkatkan minat baca khususnya di kalangan siswa. “Dengan lomba membaca ini kami berharap para siswa termotivasi untuk mencintai buku dan dunia bacaan,” ungkapnya. Khusus untuk juara satu lomba bercerita tingkat SD akan mewakili Provinsi Banten dalam lomba serupa di tingkat nasional.

BACK TO BADUY ETAPE 4

BADUY, sebagian masyarakat Banten masih mempunyai kesan menyeramkan bila mendengar kata “BADUY”. Bahkan warga Rangkas sendiri yang berdekatan dengan wilayah Baduy masih menganggap bahwa di Baduy masih seram, angker dengan cerita mitos dan segala hal tetek bengek yang ada. Mereka hanya mendengar cerita dari mulut ke mulut yang tidak valid. Salah satu contoh yang masih kental melekat di hati masyarakat luar bahwa di Baduy Dalam (Cibeo) hanya terdapat 40 rumah (40 kepala keluarga), bila lebih dari itu mereka harus keluar. KATANYA cerita seperti itu turun-temurun ditelan bulet-bulet sampai sekarang. Padahal rumah di kawasan Baduy Dalam (Cibeo) sudah mencapai 180 rumah dan lebih dari 200 kepala keluarga. Banyak hal yang dapat dijumpai dan diamati di kawasan Baduy Dalam mulai dari budaya, adat istiadat, kehidupan bermasyarakat, cara bercocok tanam dan berbagai macam keunikan-keunikan lainnya.

Berbekal rasa penasaran dan keingintahuan apa yang ada di kawasan Baduy Dalam membuat siswa-siswi SD PLTU SURALAYA WUKIRRETAWU, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Provinsi Bantenmencoba melakukan kunjungan ke kawasan Baduy Dalam (Cibeo dan Cikertawarna). Mungkin dari sekian puluh bahkan mungkin sekian ratus SD yang ada di wilayah Banten, baru SD Wukirretawu yang sering datang berkunjung merambah pedalaman suku Baduy. Perjalanan pertama mulai dirintis pada bulan Mei 2005. Dari keberhasilan perjalanan tersebut hampir setiap tahun khususnya siswa-siswi kelas 6 melakukan kunjungan merambah pedalaman suku Baduy Dalam. Pada tanggal 22-24 Mei 2009, angkatan ke-4 kembali melakukan kunjungan yang terdiri dari 19 orang siswa-siswi (Athira, Gita, Dhea, Vany, Yola, Rilis, Nila, Regita, Ipah, Intan, Dena, Kirom, Fauzan, Agi, Vijay, Yudha, Andri, Bagas dan Ari) dan 1 orang alumni SDWR (Dora) yang sedang menyusun skripsi tentang kesehatan gigi orisinil penduduk pedalaman suku Baduy. Dora adalah mahasiswi dari jurusan Kedokteran Gigi Universitas Tri Sakti. Perjalanan ini juga didampingi oleh 5 orang guru SDWR ( Mr. Rahmat, Mr. Yoga, Mr. Arief, Ms. Tyas dan Ms. Fatma) serta 2 orang partisan dari pelatih Drum Band (Mr. Andi dan Mr. Opik).


Inilah cuplikan kisah perjalanan merambah pedalaman suku Baduy angkatan ke-4 pada tanggal 22 s/d 24 Mei 2009, selamat menyaksikan (eh, membaca...):

Jum'at siang sekira pukul 14:30 pada tanggal 22 Mei 2009 rombongan SDWR yang terdiri dari 19 orang siswa-siswi kelas 6 disertai 5 orang guru pendamping dan 2 orang partisan tampak duduk berbaris saling berhadapan di sebuah gerbong kereta api jurusan Merak-Jakarta. Kami duduk di gerbong belakang yang cukup 'mengesankan'. Tidak seperti biasanya anak-anak yang duduk manis di kursi empuk dalam mobil ber-AC, maka kami berada di kereta yang ramai dengan penumpang dengan aneka barang bawaan dan tujuan yang berbeda-beda. Beberapa orang membawa barang dagangan seperti daun pisang yang bertumpuk-tumpuk terikat, serta berkarung-karung kacang. Sesekali bolak-balik pedagang menawarkan dagangannya, seperti tahu, kacang, perhiasan, handuk, minuman, dll. Namun anak-anak nampaknya enjoy saja menikmati perjalanan ini, mereka sesekali bercanda ria . Kira-kira baru setengah perjalanan hujan turun cukup deras, sehingga mengakibatkan beberapa cipratan air masuk ke dalam gerbong melalui pintu yang terbuka. Beberapa orang berusaha menutup pintu gerbong tsb. Pak Rahmat Hidayat selaku pimpinan rombongan mengatakan bahwa ini semua dilakukan untuk mendidik anak-anak supaya kuat, tidak manja, dan dapat melihat realita kehidupan sebenarnya di masyarakat.



Kami tiba di Stasiun Rangkasbitung sekitar pukul 16:00 sore hari. Anak-anak dipersilahkan untuk buang air kecil sebelum melanjutkan perjalanan. Karena dari stasiun Rangkasbitung menuju Ciboleger membutuhkan waktu kira-kira 1,5 jam perjalanan menggunakan mobil angkutan umum yang telah dicharter sebelumnya. Medan yang dilalui menuju Ciboleger cukup berat juga. Banyak jalan yang berlubang, terkadang tanjakan dan turunan terjal yang berkelok-kelok. Beberapa anak tertidur di dalam mobil karena sudah diberi obat anti mual.

Tiba di Ciboleger kurang lebih pukul 18:00 Magrib, di sebuah lapangan yang cukup luas. Naik ke atas berupa tangga yang berundak-undak menuju sebuah warung makan kecil milik Bu Yati, namun memiliki ruangan yang cukup untuk menampung rombongan, kami menginap selama satu malam. Di tempat ini juga kami telah disambut oleh mang Aja (Ayah Kodo anak-anak memanggilnya). Mang Aja adalah warga Baduy Dalam (Cibeo) yang biasa menemani kami dalam perjalanan ke Cibeo. SD Wukirretawu memang sukup sering setahun sekali mengadakan perjalanan ini dan mengingap di rumah mang Aja di Cibeo. Beberapa orang Baduy Dalam lainnya juga menemani Mang Aja.

Di warung makan dan penginapan Ciboleger inilah anak-anak beristirahat, makan dan sholat. Masjid juga cukup dekat tempatnya. Esok pagi adalah perjalanan yang cukup panjang. Jarak dari Ciboleger ke Cibeo kira-kira 12 km. Perjalanan ini dapat ditempuh selama 4 jam bagi anak-anak, dan 2 jam bagi orang dewasa yang sudah terbiasa.



Ciboleger memang biasa menjadi tempat menginap bagi para perambah suku Baduy. Malam itu juga cukup ramai dengan siswa-siswi dari SMA 10 Bandung yang cukup banyak juga (sekitar 200-an). Mereka menginap tersebar di beberapa rumah di Desa Ciboleger ini. Para siswa/i ini baru saja selesai mengadakan perjalanan ke Baduy Dalam dan keesokan paginya mereka akan melanjutkan perjalanan wisata ke pantai Carita baru kemudian kembali ke Bandung. Di Ciboleger ini juga kami berjumpa dengan Dora (alumni SDWR angkatan 2000) yang sedang menyusun skripsi tentang kesehatan gigi orang-orang Baduy Dalam. Dora diantar oleh ayahnya dengan mengendarai mobil pribadi ke Ciboleger. Dora memang sudah merencanakan untuk ikut bersama rombongan SDWR dalam penelitiannya yang ke-2 di Cibeo. Selepas Isya, Pak Rahmat mengajak anak-anak berjalan-jalan di sekitar Desa Ciboleger. Di tempat ini juga banyak tersedia bermacam-macam souvenir seperti tas, kaos, kalung, gelang, cincin dengan ciri khas Baduy. Beberapa anak sibuk berbelanja. Di tempat menginap ini juga Pak Rahmat memberikan pengarahan kepada anak-anak tentang perjalanan besok. Beberapa pesannya diantaranya adalah bahwa mereka harus membawa tas masing-masing pulang dan pergi, tidak boleh dititipkan. Berkata terus terang jika dalam perjalanan ingin buang air kecil atau besar. Harus menghormati adat-istiadat orang-orang Baduy karena kita adalah pengunjung. Di tempat ini kami juga ngobrol-ngobrol dengan warga Baduy, Mang Aja sendiri sudah lumayan paham dengan Bahasa Indonesia.

Pagi hari Sabtu tanggal 23 Mei 2009, kami melakukan senam pemanasan di sekitar jalan di Ciboleger. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan kondisi fisik selama perjalanan nanti. Di sekitar kami banyak siswa/i SMA 10 Bandung yang berfoto-foto, kemudian naik ke kendaraan untuk berangkat.



Singkat kata, setelah sarapan, kemudian menyiapkan perbekalan dan berpamitan. Dari tempat penginapan kami terus berjalan naik ke atas mengikuti tangga batu yang sudah ditata rapih menuju tempat Jaro Dainah (Kepala Desa Kanekes) untuk sowan. Setelah itu perjalananpun dimulai.

Iring-iringan merayap pelan di antara rumah-rumah penduduk Desa Kaduketuk (Baduy Luar). Seorang ibu-ibu dengan tekunnya sedang memintal benang menjadi kain menggunakan alat pintal khas. Perjalanan ini dimulai pukul 08:00 pagi. Pak Rahmat mengatakan bahwa berangkat di pagi hari agar fisik lebih siap karena telah beristirahat malamnya, dan udara juga masih cukup segar. Perjalanan penuh dengan tanjakan-tanjakan dan turunan yang cukup terjal. Tidak terasa kami sampai di sebuah danau (danau Dandang). Rombongan beristirahat sejenak dengan menanggalkan tas masing-masing dan minum. Kemudian kami berfoto-foto sejenak di tepi danau. Alam Baduy memang benar-benar mempesona. Hutan terbentang luas di area yang berbukit-bukit tinggi. Menurut Pak Rahmat perjalanan angkatan ke-4 ini cukup cepat juga, sehingga beberapa kali kita berhenti sejenak agar tidak terlalu cepat sampai di Desa Cibeo. Sedangkan Ayah Kodo bersama Dora dan 2 orang Baduy Dalam lainnya sudah berjalan terlebih dahulu di depan jauh meninggalkan anak-anak.

Hari semakin siang semakin panas, ditambah lagi kami harus melewati sebuah tanjakan yang paling tinggi dengan nafas terngos-ngos. Setelah melewati tanjakan yang cukup tinggi, jalan akhirnya mendatar dan kami tiba di sebuah saung milik warga Baduy untuk beristirahat. Di tempat ini akhirnya muncul juga beberapa sinyal operator seluler untuk berkomunikasi. Kami istirahat cukup lama di saung ini, beberapa anak merebahkan dirinya di tanah dan di bawah pohon besar dekat saung, tidak peduli lagi kotor atau tidak. Mr. Arif duduk di serambi saung dan di sana nampak seorang ibu-ibu bersama 3 orang anaknya. Di tempat ini juga disediakan air minum bagi yang lewat. Puas-puasin deh istirahatnya... Setelah agak lama beristirahat, menghabiskan snack dan minum, kami berdiri dan kembali melakukan senam peregangan untuk melemaskan kembali otot-otot yang kaku (senam lagi oy...). Di depan masih ada tanjakan yang cukup tinggi, dan setelah itu akan menemui lebih banyak turunan dan turunan hingga ke Desa Cibeo.

Siang hari sekitar pukul 11:30 kami mulai mendengar suara gemericik air menandakan keberadaan sungai yang berarti Desa Cibeo juga sudah dekat. Ternyata turunan yang panjang ini juga membuat dengkul lumayan gemetar menahan berat badan hingga akhirnya kami bertemu sebuah jembatan bambu yang melintasi sungai. Di seberang jembatan sudah terlihat rumah-rumah warga Cibeo.

Cibeo adalah sebuah Desa di Baduy Dalam yang cukup bersih dan tertata rapih. Mereka masih kental dalam memegang adat-istiadat. Misalkan, tidak boleh berkendaraan dan memakai alas kaki kemanapun pergi, tidak menggunakan detergent, sabun dan pasta gigi. Struktur rumah mereka juga tidak boleh menggunakan unsur besi seperti paku. Mereka tidak memelihara hewan berkaki empat seperti sapi dan kerbau. Warga Cibeo wajib bertani dan berladang, mereka menyimpan padi di dalam tempat yang disebut Leuit. Kehidupan begitu sederhana, rukun dan damai. Begitu jauh dari hingar-bingar, ambisi dan pertarungan hidup seperti di kota besar. Di rumah Mang Aja inilah anak laki-laki tidur di malam hari, sedangkan anak perempuan di rumah tetangga Mang Aja. Selain kami beberapa pengunjung lainnya juga menginap di Cibeo ini. Tidur di rumah mang Aja cukup sejuk dan nyaman, bahkan bebas nyamuk. Mungkin karena keseimbangan alam yang benar-benar dijaga.



Di Baduy Dalam, selain jembatan bambu juga terdapat jembatan akar. Akar pohon yang masih lunak dililit-lilitkan menyebrang sebuah sungai. Sehingga ketika akar tersebut tumbuh besar nanti akan menjadi jembatan yang cukup kuat dan unik untuk menyeberangi sungai. Kami menginap satu malam di Cibeo, dan keesokan paginya (Minggu tgl 24 Mei) harus siap kembali berjalan pulang ke Ciboleger dan harus mengejar kereta Banten Express yang berangkat pukul 15:30 dari stasiun Rangkas menuju ke Merak.

Tulisan ini mungkin terlalu singkat untuk menggambarkan secara utuh mengenai detail perjalanan kami. Dikarenakan keterbatasan waktu… Tetapi mudah-mudahan dapat memberikan sumbangsih dan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin…

pelepasan Sd WR angkatan 21




Pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2009 SD Wukirretawu mengadakan acara pelepasan siswa-siswi angkatan yang ke-21. Bertempat di Gedung Serba Guna Komplek PLTU Suralaya. Acara ini dihadiri oleh Bapak ketua YPK PLTU Suralaya( Ridwan Suwarno, SE), Sekretaris YPK (Bapak Sutikno), Ibu Aning (Istri General Manager PT. Indonesia Power), Ibu Bapak kepala UPTD Kecamatan Pulomerak (Drs. H.A. Jumhuri, M.Pd), Bapak Ketua Komite Sekolah (H. Endang Hidayat), ibu-ibu komite sekolah, kepala sekolah SD Wukirretawu yang diwakili oleh Bapak Untung Mulyadi, orang tua/wali murid kelas 6, serta tentu saja bapak/ibu guru SD Wukirretawu.

Acara dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan dari kelas 1 s/d kelas 5 yang merupakan binaan wali kelas masing-masing bersama guru mata pelajaran. Diantaranya Pak Arif Rahman Hakim (Guru KTK) yang membina penampilan solo vokal Mita Auliana (Juara III Provinsi), dialog Bahasa Inggris (Cyntia dan Annida) binaan dari Guru Bahasa Inggris (Mr. Sarono), dll. Pada acara akhir juga tampil ibu-ibu komite dan band dari alumni SDWR.